Assalamualaikum wr, wb
Hallo sahabat blogger semuanya, apa kabar ? semoga kabar kalian baik ya, amin
Untuk postingan artikel kali ini, Kiblat Kata akan membahas tentang Kumpulan Puisi Kahlil Gibran Yang Penuh Makna. Tapi sebelumnya, admin akan menceritakan sedikit sosok dari penyair tersebut yaitu Kahlil Gibran.
Kahlil Gibran adalah seorang penyair asal Libanon yang telah banyak menciptakan karya, baik itu dalam bentuk puisi, prosa, maupun kata-kata mutiara. Berkat kepandaiannya dalam merangkai kata yang sarat dengan makna, nama Kahlil Gibran tidak akan pernah sirna dan akan tetap ada di hati para penggemarnya, termasuk saya, meski sang pencipta karya telah tiada.
Nah, bagi anda yang saat ini sedang mencari Kumpulan Puisi Kahlil Gibran, jangan khawatir. Karena disini Kiblat Kata akan membagikannya.
Dan dibawah ini adalah Kumpulan Puisi Kahlil Gibran Yang Penuh Makna Dari Kiblat Kata.
Kumpulan Puisi Kahlil Gibran Yang Penuh Makna Dari Kiblat Kata
Cinta Yang Agung
Adalah ketika kamu menitikkan
air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak
mempedulikanmu dan kamu masih
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum
sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu..
Apabila cinta tidak berhasil
…Bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali
melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin
menemukan cinta dan
kehilangannya..
Tapi..ketika cinta itu mati..
kamu tidak perlu mati bersamanya
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..MELAINKAN mereka yang
tetap tegar ketika
mereka jatuh.
Aku Bicara Perihal Cinta
Apabila
cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau
jalannya sukar dan curam.
Dan
pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau
pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan
kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau
suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik
taman.
Karena
sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan
menyalibmu.
Sebagaimana
dia ada untuk pertumbuhanmu,
demikian
pula dia ada untuk pemangkasanmu.
Sebagaimana
dia mendaki kepuncakmu,
dan
membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya
matahari.
Demikian
pula dia akan menghunjam ke akarmu,
dan
mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana
ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia
menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia
mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia
menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia
merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan
kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga
engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua
ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya
bisa kaupahami rahasia hatimu,
dan di
dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun
pabila dalam ketakutanmu,
kau
hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka
lebih baiklah bagimu,
kalau
kaututupi ketelanjanganmu,
dan
menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki
dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
tapi tak
seluruh gelak tawamu,
dan
menangis,
tapi tak
sehabis semua airmatamu.
Cinta
tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri,
dan
tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta
tiada memiliki,
pun
tiada ingin dimiliki;
Karena
cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila
kau mencintai kau takkan berkata,
TUHAN
ada di dalam hatiku,
tapi
sebaliknya, “Aku berada di dalam hati TUHAN”.
Dan
jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,
sebab
cinta,
pabila
dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan
jalanmu.
Cinta
tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
Namun
pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan,
biarlah
ini menjadi aneka keinginanmu:
Meluluhkan
diri dan mengalir bagaikan kali,
yang
menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali
penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa
dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan
meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga
di kala fajar dengan hati seringan awan,
dan
mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah
di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali
ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu
tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu,
dan
sebuah gita puji pada bibirmu.
Nyanyian Sukma
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahasia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung
malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di
buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
IBU
Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir -bibir manusia.
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian,
manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. .
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam
rengsa, rujukan kita dikala nista. Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan,
kebahagiaan dan toleransi.
Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang
senantiasa merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang
menyusuinya melalui panasnya. Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai
malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan
membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara
bebuahan dan bebijian. Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta
dan kedamaian.
Kisahku
Dengarkan kisahku… .
Dengarkan,
tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku:
kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam
penderitaanku..
Jika kita mencintai,
cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita.
Jika kita bergembira,
kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri.
Jika kita menderita,
kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam.
Jangan kau anggap bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama atau
rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa,
dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat,
ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi.
Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah
sebuah kebenaran,
yang terbuka namun rahsia;
ia hanya dapat difahami melalui cinta,
hanya dapat disentuh dengan kebaikan;
dan ketika kita mencoba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal
uap
Pandangan Pertama
Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah
hari-
hari yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesadaran yang dilakukan
malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan
misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.
Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar; dewi cinta, dari suatu tempat yang
tinggi.
Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan
memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah-buahan.
Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan
air mengalir menuju syurga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat
kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadilah
ia"
Musim Dingin
Dekatlah ke mari, oh teman sepanjang hidupku,
Dekatlah padaku, dan jangan biarkan sentuhan Musim Dingin,
Mencelah di antara kita. Duduklah disampingku di depan tungku,
Sebab nyalaan api adalah satu-satunya nyawa musim ini.
Bicaralah padaku tentang kekayaan hatimu,
Yang jauh lebih besar daripada unsur Alam yang menggelodak
Di luar pintu.
Palanglah pintu dan patri engselnya,
Sebab wajah angkasa menekan semangatku
Dan pemandangan ladang-ladang salju
Menimbulkan tangis dalam jiwaku.
Tuangkan minyak ke dalam lampu, jangan biarkan ia pudar,
Letakkan dekat wajahmu, supaya aku boleh membaca dalam tangis
Apa yang telah ditulis pada wajahmu
Tentang kehidupan kau bersamaku..
Berilah aku anggur Musim Gugur, dan mari minum bersama
Sambil mendendangkan lagu kenangan pada ghairah Musim Bunga
Dan layanan hangat Musim Panas, serta anugerah
tuaian dari Musim Gugur.
Dekatlah padaku, oh kekasih jiwaku; api mendingin dalam tungku,
Menyelinap padam nyalanya satu-satu, dari timbunan abu
Dakaplah aku, sebab aku ngeri akan kesepian.
Lampu meredup, dan anggur minuman membuat mata sayu mengatup.
Mari kita saling berpandangan, sebelum mata tertutup.
Cari aku dengan rabaan, temui daku dalam pelukan
Lalu biarkan kabus malam merangkul jiwa kita menjadi satu
Kucuplah aku, kekasihku, kerana Musim Dingin,
Telah merenggut segala, kecuali bibir yang berkata:
Engkau dalam dakapan, oh Kekasihku Abadi,
Betapa dalam dan kuat samudera lena,
Dan betapa cepatnya subuh...
Keagungan
Cinta
Ketika
air mata menitik di pipimu
Saat kau
masih peduli terhadapnya
Dan dia
tak lagi mempedulikanmu
Meski
engkau masih setia menantinya
Manakala dia bisa mencintai selain dirimu
Namun
kau tetap tersenyum bahagia
Dan
terucap jujur dari mulut, lalu berkata
Aku
turut bahagia dalam kebahagiaanmu
Jika cinta bertepuk sebelah tangan, lepaskan tanganmu
Terbang
dan kepakkan sayapmu selebar angkasa biru
Arungi
luas alam bebas, hingga kau dapati tempat berteduh
Tuk
tentukan arah, temukan cinta yang pernah hilang.
Terdiam
Ku terdiam dalam ruang sepi tak berteman
Terlintas bayangmu bermain dalam pikiran
Ku larut dalam hayalku tentang tak bertepiaan
Mengapa aku bisa menyayangimu
Walau ku tahu kau tak mempedulikanku
Apakah ini hanya perasaanku sesaat
Atau karena pikiran ini telah penat
Rasa sayang ini telah ada
Pada saat yang tidak pernah kuminta
Tapi hati ini terus membara
Menanti cinta yang tak pernah ada
Wahai dewi cinta
Tepatkah kau menembakan panah asmara
Membuat hati terluka
Menunggu cinta tak kunjung tiba
Wahai kau yang disana
Sadarkah kau disini kumencinta
Dirimu terlalu kupuja
Bagaikan sebuah mahakarya
7 ALASAN MENCELA DIRIMU
Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku,
pertama kali ketika aku melihatnya lemah,
padahal seharusnya ia bisa kuat.
Kedua kali ketika melihatnya berjalan terjongket-jongket
dihadapan orang yang lumpuh
Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan mudah
ia memilih yang mudah
Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan cuba menghibur diri
dengan mengatakan bahawa semua orang juga melakukan kesalahan
Kelima kali, ia menghindar kerana takut, lalu mengatakannya sebagai sabar
Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk
padahal ia tahu, bahawa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia
pakai
Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu sebagai suatu
yang bermanfaat
BAYANG
Setiap langkah ku ada dia..
Mengikuti di belakang punggungnya. .
Gelap dan tak terlihat..
Kasat mata..
Terdiam kala banyak yang membicarakannya. .
Seakan tak seorang pun memandang kearah ku..
Sibuk mengagumi pesonanya..
Sibuk meminta senyumannya. .
Akulah sang tak terlihat..
Saat dia berada di dekat ku..
Akulah sang gelap..
Dibalik wajah cerah nya..
Akulah sang kasat mata..
Ada namun seakan tak ada..
Akulah sang bayang..
Sesuatu yang tak dianggap ada..
menunggu
Hari terhitung minggu
Minggu pun menjadi bulan..
Pagi ku mengingat mu
Malam ku mengenangmu
Tetap saja semua sama
Sejak kau pergi..
Ku masih saja menanti mu
Hingga kau kembali
Dan takkan tinggalkan ku lagi..
Entah kapan..
Menunggu mu masih..
Setia tetap ku janji..
Hingga ku dapat kau kembali..
Bersama jalani hari..
CINTA SETUBUH PADAS
Cinta setubuh padas!
Bergelang waktu menggoda
sesal anak rahim di kandung celaka.
Mengunci tabir di buih-buih selaksa doa.
Mungkin karunia itu berakhir patah, atau
sekedar mengusap lempeng cumbu
bertahta angin! Dan cinta kian
menitik air mata di seanyam arang,
mantra hati menyusut di susuk semangat.
“Kembalikanlah amarahku; oh, cermin sangga!”
Lembut suara angannya mengelus padas,
agar memeluk kerat penguak duri
percintaan bersanding ajal.
Keadilan Cinta
ketika hati melangkah
ketika hasrat menggema
ketika rasa bergetar
saat itu daya tak kuasa
menemukan kekasih hati
Dimanakah posisi cinta
dikala hati menginginkannya
apakah cinta hanya sebuah pelampiasan
dari hasrat diri
dimanakah rasa
dikala posisi cinta bergeser
Cinta,
adakah cinta untukku
apakah cinta bisa berbuat adil
Entahlah...
dayaku tak kuasa lagi untuk menemukan cinta
Sekian postingan kali ini tentang Puisi Kahlil Gibran, semoga bermanfaat dan bisa mewakili perasaan kalian.
Terima Kasih
Wassalamualaikum wr, wb
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Sebutir Debu
Pengarang: Kahlil GibranKategori: Kahlil Gibran, Alam
Adalah sebutir debu…
Meringkuk kedinginan… Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu…
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oase kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1143#sthash.oFLhYNtS.dpuf
Tag :
Puisi
0 Komentar untuk " Kumpulan Puisi Kahlil Gibran Yang Penuh Makna Dari Kiblat Kata"